PARASIT

Premis Mayor : berusaha berbenah diri adalah ciri kehidupan positif
Premis Minor : anak baik, selalu berusaha berbenah diri

..... Kata orang, dalam hidup kita hanya punya satu reputasi. Kalau tidak jadi orang baik, ya jadi orang jahat. Kalau tidak pegawai negeri, ya swasta, kalau bukan KPK; ya Kapolri, Kalau bukan anak mami ya anak papi, kalau bukan penjahit, ya tentu saja penjahat.:D) Dan tidak ada sejarahnya juga ada manusia baik tapi hanya setengahnya saja baiknya, bisa dikatakan semikonsisten, atau ada juga sebutan separo malaikat dan separonya lagi jin. Bah …apapula itu !(suara dari kamar sebelah seraya ikut berargumen).

........Tapi yang terjadi adalah, saya merasa pengecualian dari asumsi-asumsi diatas. Kalau kemarin saya bisa jadi begitu malaikatnya dimata beberapa orang, besoknya saya benar-benar bisa mendapat predikat rajahantu dari seluruh ibu-ibu PKK sekelurahan. Jika dihari senin saya bisa berpatriosasi dihadapan kepala kantor dengan mengibarkan bendera kebanggaan negeri ini, sorenya saya bisa dicap superpengkhianat lantaran mengibarkan bendera setengah tiang dihalaman rumahnya + membocorkan aib terbesar bos saya itu : tentang atap rumahnya yang bocor.

....... Jika dititik ini anda belum memahaminya juga, pantaslah. Pikiran ini sedang ingin berkudeta, ketukan not-not keyboard ini hanya memfasilitasinya saja. Jangan dihakimi, dia tidak bersalah !

....... Sejak kecil, tepatnya menjelang kenaikan kelas 3 SD, saya sudah terbiasa hidup mandiri. Bukan lantaran didikan nenek saat itu, atau gerakan swasembada yang di usung kepala desa pada masa itu (sesuai dengan logo pohon beringinnya itu). Tapi, keadaanlah yang memaksa hal itu terjadi. Dan sepertinya hal itu terbentuk hingga sekarang, sepertinya.

....... Mencari kayu dihutan, menjala ikan, berjualan sayur-mayur hasil tangan sendiri berkeliling desa, sudah biasa saya lakukan. Ilmu yang tak mungkin bisa terulang lagi untuk mendapatkannya. Sebuah masa-masa perintisan kehidupan saya dengan ibu, hasta demi hasta, bata demi bata, lantai dan terus sampai ke atapnya. Dan sisa perjuangan ini kini telah berpindah tangan tanpa sepengetahuan, tanpa hasil sepeserpun.

........ Ok ! itu masa lalu, tak perlu didramatisir. Ini tak akan happy ending seperti sebuah sinetron. Belum !

....... Pendek cerita, bagaimana awal ceritanya saya kemudian hijrah ke ibukota. Sebuah awal yang buruk dalam perjalanan hidup sebuah kehidupan. Pendek cerita lagi, kami ( I and father ) 5 menit menuju terminal Pulo Gadung, membawa hasil penjualan panen di kampung halaman. Kami kecopetan (dengan uang berjuta-juta yang besar nilainya saat itu) ! tepatnya DIRAMPOK malah ! ......mulai seperti sinetron khan. Ok, CUT !

........ Dari sisi ini, nampaknya ibukota tak mengharap kehadiran saya. Bukan lantaran kapasitas kota ini telah penuh. Tapi, ketakutan tak bisa bertahan membuat ibukota terpaksa jadi sekejam ibu tiri. Siapa suruh datang Jakarta ! kata isi sebuah lagu lama.
Saat itu, saya terus menatap kedepan. Mengambil sisi positifnya.

...... Blok demi blok, flat demi flat, pergantian RT sampai gulung tikarnya Pa Lurah bermata sipit lantaran ditengarai selingkuh dengan janda muda, hingga kongkalikong penurunan ketua sebuah Karang Taruna organisasi kepemudaan. Hidup kami masih terus saja berpindah-pindah. Lantainya saja tak pernah bisa digunakan untuk bercermin. Satu lagi : untuk MCK menggunakan sistim nomor antrian. Persis seperti dikantor perpajakan. ”Nomor antrian No. 213 silahkan menuju loket 3, jangan lagi meninggalkan celana dalem di kamar mandi, bau SANGIT tahuk” Kadang-kadang, sudah ngantri lama, yang lagi mandi didalam malah terdengar sayup-sayup setengah mendengkur.

.........Menginjak bangku SLTP, kemandirian saya terus tercermin. Menjadi petugas parkir diacara kawinan tetangga, wasit pertarungan catur tujuhbelasan. Dan yang paling melekat adalah berjualan surat kabar dan majalah keliling, toko demi toko plaza demi plaza, perumahan wah dan terus sampai ujung portal perkampungan kota ( berjualan koran dilakoni selama 3 tahun). Kadang, saya juga mengamen diprapatan lampu merah Pondok Pinang. Memang usia saat itu, masih belum mengenal adanya GENGSI. Sayang, kenapa sekarang jadi begini ya, otak jadi tak bisa berkembang. Salah langkah sedikit yang dikhawatirkan lebih dulu adalah reputasi. Kata gengsi membuat pikiran kita jadi sedikit lebih sempit.

....... Bagi anda yang memang seorang pendatang seperti saya, hampir 10 % nasib kita mungkin tak jauh berbeda. Haha..... kalimat ini hanya pelarian saja, saya hanya ingin mencari tempat berbagi, biar beban agak berkurang, biar penat sedikit berlalu. Kita khan Genk ! betul....betul...betul....

..... 7 tahun kemudian
Selepas tamat sekolah lanjutan. Masa-masa sulit saya kian akut. Akut akut dan (t)akut.
Predikat saya sekarang : PARASIT

..... Hidup semipermanen seperti benalu, bisa menyumbat hidung orang seperti sampah, menghisap darah, menghantui, biang keonaran, sumber kegaduhan, palang kemerosotan, pionir keporakporandaan, dalang huruhara, otak segala kekacauan, mata-mata kaum pecundang,
Itulah saya ! Jadi jika anda telah tergugah. Pilih saya, KETIK REG spasi MAKAM untuk mendoakan saya cepat menuju surga. Dengan catatan anda bersedia dan siap menemani.

...... Nama saya memang bukan RASIT, tapi saya bisa dipanggil PAK RASIT. Saya doyan mie PANGSIT, saya hobi menjadi WASIT. Dan dua hari lalu dokter mengatakan otak saya sedang SAKIT !

Harapan 2010

Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan anda !
posting ini telah dihapus atas persetujuan pihak
blogger.


leading enclosure awan2 yg lain Pintu PersaHabatan

Inspiration by My Mom bEloveD !