Maaf, Aku tak Setia !

Hmm...April ternyata sudah jauh berpulang, tanpa pamit dan sekedar berbasa-basi lagi. Terlalu lamakah aku menggulung pikiran dipojokan ruang tunggu berukuran 7 x 8 Meter itu? dan disana alam pikiran makin asik berkudeta, riuhnya sampai masuk pelataran rumah. Ya sudah; aku ingin bermonolog saja !

..........Aku meninggalkan sudut bertitel "Ruang Tunggu" itu dengan seribu tanya besar, tak sempat aku melihat bilboard diatas pintunya, sekedar mengingat dan mengharamkan aku kembali lagi kesana. Namun kejadian 25 menit yang lalu itu membuat salah satu kantor di pertengahan lantai itu serentak mencibirku, padahal kita masih dari golongan yang sama, para kaum berkumis.
..........Aku menjauhi ruangan itu, sebuah potret buruk sisi keberhasilan ahli debat dan tata ukur ibukota telah kutaklukan, tak sia-sia minggu lalu terlibat dengan Gerakan Indonesia Sehat 2009. Mengkampanyekan Perda DKI Jakarta No. 75 Thn 2005 (larangan merokok) dan Perda DKI Jakarta No. 02 Thn 2006 ( Pengendalian Pencemaran Udara), tapi sesaat setelah itu, lima meteran menjauhi ruangan itu, kulihat samar-samar diatas pintunya bertuliskan, "ruangan khusus perokok".

..........Mulanya sih aku duduk di sisi sebelah barat, bisa kucium arak mengarak para gerilyawan ibukota (baca: kondektur) di mulut-mulut ujung terminal Blok M itu, didepannya berdiri hotel ambhara, aku ingat, jum'at pekan kemarin itu aku pernah terjebak disana. Suasana Masjidnya seolah kita sedang mengudara di terowongan bawah tanah di kota tokyo. *ini salah satu efek kebanyakan nonton animasi jepang*
..........15 menit berlalu, suasana makin menyengat isi otakku, aku mencari dimana tombol alarm kebakaran, dimana kuletakan nomor-nomor penting semacam ambulan atau polisi, dimana otak orang-orang ini tertinggal. Dimana...dimana aku bisa bertanya?

...........Dan 10 Menitan sisa waktuku disana kemudian kuhabiskan untuk berceramah, menceramahi mereka-mereka itu, serasa diposisi benar sendiri, kutunjuki wajahnya satu-persatu. Kubuka pasal demi pasal, fatwa demi fatwa, halaman demi halaman, dan bait demi bait. Isi paragraf terakhir yang kukatakan "Kalian tau merokok itu merusak kesehatan, membakar uang, tidak produktif, amatir, masih saja dilakukan!" begitu kataku. mereka terdiam, seolah insyaf dengan kata2 itu. Akh...serasa habis bertempur di medan perang saja, kukibaskan lengan bajuku, hatipun berteriak, "I win U Lose !"
...........Sejak kejadian itu, aku lebih berhati-hati dalam bersikap, sedikit skeptis. Tak bersua bila tak sedikitpun punya kepentingan. Tapi tak bertahan lama, lantaran sikap sosialisku sudah saking mengakarnya. Cepat akrab dengan siapapun meski baru kenal 15-20 menitan, hampir semua kalangan. jadi bila kita sudah bercengkrama, obrolan itu bisa mengakar terus, pasal demi pasal. Terakhir, saya meledek bang Yos yang tak bisa mengambil bola golfnya dilubang ke 13 sewaktu kita bermain bareng di area kidzania, *yang ini lelucon, jangan ditelan mentah-mentah*.

...........Tapi tetap saja, sisa-sisa sifat kemarin-kemarin itu masih tertinggal barang sedikit. Misalnya obrolan yang ini, kejadian di buskota jurusan gajah mada-kota.
Ibu : " Mas, kalau rute ini lewat Pasar Senen gak yach!" membuka pembicaraan dengan tidak berkata hallo, atau spada, ada orang?, permisi, atau assalamu'alaikum, dsb.Tapi langsung bertanya, beruntung sekali ibu ini, bertanya pada orang yang tepat, sahutku waktu itu dalam hati. Karena sayapun sedang ingin membuka percakapan, mengetes sisa-sisa "rasa bersalah" kemarin.
Anak Muda : "Memangnya kenapa bu, Ibu mau belanja kesana?" Sambil asik memainkan musikplayer tanpa menoleh sedikipun.
Ibu : " Enggak mau tanya aja, soalnya saya baru sekali naik rute ini, barangkali kalau saya dari Pasar Baru bisa nerusin trayek ini kalau mau Pasar Senen".
Anak Muda : " Emang bisa sih bu, tapi seharusnya ibu kesananya kemarinan,". Menggantungkan percakapan dengan sedikit berdehem menahan tawa, berfikir reaksi berikutnya dari si ibu itu.
Ibu : " loh memangnya kenapa, mesti kemarinan, saya kan baru mau kesananya sekarang mas?" Sambil bersiap menelpon anak atau kerabatnya via ponsel jika benar adanya dia salah naik jurusan.
Anak Muda : " Iya, ibu khan Mau ke pasar senen, tapi liat dong dikalender. Ini khan hari Selasa , ngapain ibu ke Pasar senen?" menutup pembicaraan tanpa rasa bersalah.

...........Dua hari berikutnya, kembali perbincangan serupa, satu plot tapi dengan latar yang berbeda. ceritanya begini : ketika itu kami berempat berada dalam satu angkot, 3 pria, 1 wanita. dua pria masih pelajar SLTP, satu pria nampaknya penjual di sebuah pasar, karena arah kami menuju pasar kebayoran lama. Saat itu saya menduga sifat orang ini sukar ditebak, berperawakan sangar, sesangar lintingan rokok di tangan kanannya. Saya tak bisa menggunakan bahasa verbal buat bapak ini mematikan rokoknya. lantas, saya hanya membaca-baca potocopy an artikel mengenai penghijauan hutan, serta bahaya merokok, dengan gambar2 yang jelas, animasi-animasi menggelitik, yang saat itu saya persiapkan buat bahan mading ditempat kerja. Bisa ditebak, ia merasa tersindir, ada dua anak-anak sekolah juga yang mengerti keadaan itu, entah ia ingat anak-anaknya dirumah atau apa, ia mematikan rokoknya juga, padahal sejak awal kendaraan umum itu berangkat, satu ibu itu sudah batuk-batuk pertanda keberatannya. Pak tua itu langsung turun mobil di tengah teriknya jembatan layang. Soal sikap? Akh, wanita....

...........Sekarang, apa hubungannya dengan kesetiaan? Sabar, Akan kujelaskan nanti kawan, jika saja ini sebuah buku pelajaran, diurutkan dari daftar isi sampai daftar pustaka, ini masuk pada bagian kata pengantar. Ya, kata pengantar.
...........Jadi, 3 hari yang lalu itu aku sempat masuk rumah tahanan cinta. Esi menuduhku berselingkuh, barang buktipun sudah banyak yang beredar. Dari foto-foto kami sedang berlibur, jalan-jalan, sampai duduk-duduk malas di kebun tetangga, menunggu matahari pamit. Dan dengan dua tuduhan sekaligus, aku tak bisa berbuat apa-apa, sulit dijelaskan mengapa seakan mengiyakan semua tuduhan itu. Hubungan kami yang sudah memasuki tahun ke-8 kini diambang kehancuran, masa-masa SMA kembali menarinari dikepalaku, seolah tak percaya apa yang sedang terjadi. Apa serupa ini akhir dari semua cerita? manis diawalnya saja !. Kenapa tak seindah Maria dan Yusuf dipenggalan roman Layar Terkembang ?, atau Fahri dan Aisya dialam cerita Ayat Ayat Cinta? Kenapa jadi seperti kisah si buta mencari cinta, 40 hari bangkitnya Mpo' Cong, atau Dibelakangmu Ada Monyet? kenapa tak seperti Romeo & Juliet, Radit & Jani, Tuyul dan Mba Yul, kenapa? kenapa? kenapa jadi ngawur begini !, kenapa......
*saya sedang bermonolog, jadi terserah saja, berlari dari satu tema ke tema lain, dari satu pasal ke pasal lain, sambil berharap tak melintas seorang guru bahasa indonesia*

...........Memang, jujur saya telah menduakannya, Esi pasti kecewa berat. Kita pernah berikrar sehidup semati di bawah pohon beringin jumat malam kala itu, dibawah rintikan hujan kita beradu pandang, berpegang satu sama lain, berharap, cemas, sambil terus bertanya-tanya satu sama lain: "Sampai kapan hujan ini akan reda!" Langitpun sudah kian meninggi, barang tentu rute pulang nanti masih banyakah orang melintas, sebab kita melewati dua komplek besar , satu cirendeu permai, satu lagi komplek pekuburan. Sebab pula kekhawatiranku, katanya ada pertengkaran hebat didunia mistis itu, antara pocong vs kuntilanak, entah apa duduk perkaranya, yang jelas bukan perebutan harim atau kekuasaan semata.
...........Setelah kejadian mengantar Esi itulah, hatiku mulai berpaling. Mulai dari lirik-lirik ala A rafiq, sampai curi-curi pandang ala David Naif, tapi tidak sampai cubit-cubitan ala Elvie Sukaesih, dia tak minat, Meski ada spanduk raksasa rada provokatif, "Dangdut Never Die". Si Esi tak berpengaruh.
...........SPG( baca: es-pe ge) dengan rayuan maut itu yang membuatku seakan melupakan Esi, tak lama, cukup beradu pandang sebentar, lirik-lirikan. Ya udah, kena ! Dua espege sekaligus, siapa yang tak meronta-ronta hatinya. Maafkan aku Esi, aku melukaimu tuk yang kedua kalinya. Fira Basuki bilang, dalam hidup tak ada namanya kesempatan kedua, tapi masih adakah kesempatan ketiga bagiku dihatimu? dia langsung bilang : Najiz ! (pake z bukan s)
Ya sudah, jika itu yang terbaik untuk kita.
...........Ini sedikit kenang-kenangan terakhir aku dengan Esi, juga dengan katanya "selingkuhan", Pelajaran juga buat yang mau poligami. Dua hilang dua lagi datang. Dunia baru menungguku disana, Esi menjadi masa lalu dengan hadirnya Fle, Sofi pun tinggal kenangan dan masa lalau setelah tergantikan Nike. Khusus buat Dek Esi jangan marah lagi ya, Tante Fle baik kok..




Srluuuup...*lagi meraktekin ilmunya Pa' Tum Desum nih, ada 1 Email tiap minggu mereka kirimin, mau belajar nulis. katanya : tulis aja dulu sesuka kalian. Sembari jalan.
Jalan aja dulu ! jalan jalan, nanti ketemu jalan ditengah jalan.:D)
..........Ayo Shiro, kita jalan-jalan lagi !

leading enclosure awan2 yg lain Pintu PersaHabatan

Inspiration by My Mom bEloveD !